Pelatihan Pembuatan Tempe, Cara Pertamina RU V Tumbuhkan Literasi

BALIKPAPAN,kaltimonline.com-Pertamina RU V Balikpapan terus berkomitmen mendukung program literasi di Kota Balikpapan. Sejak 2019 lalu, Pertamina telah bekerja sama dengan Taman Baca An-Nisaa di Kelurahan Klandasan Ilir, Balikpapan Kota.

Untuk mengajak masyarakat menyukai Literasi, dikemas dalam bentuk pelatihan pembuatan tempe yang digelar pada Minggu (28/02/2021).

Pengelola Taman Baca Masyarakat (TBM) An-Nisaa, Roelyta Aminuddin menjelaskan
Program Kampung literasi TBM An-Nisaa bekerja sama dengan Pertamina yang dimulai sejak 2019 telah melakukan beberapa kegiatan seperti pembuatan mural, pengadaan pos baca serta beberapa bentuk dukungan lainnya.

Ditempat terpisah, Area Manager Communication, Relation & CSR Pertamina RU V Balikpapan Ely Chandra Peranginangin mengatakan program literasi merupakan salah satu bentuk dukungan Pertamina dalam meningkatkan sumber daya manusia di wilayah operasional perusahaan.

“Melalui pelatihan-pelatihan yang sekarang dilaksanakan serta beberapa pelatihan kedepan, kami berharap pengetahuan dan kemampuan masyarakat terhadap keenam literasi dasar tersebut dapat tumbuh, “ katanya.

Roelyta Aminuddin menyebutkan ada 6 literasi dasar yang terus disosialisasikan. Yaitu baca tulis, numerasi, financial, sains, digital dan budaya.

“Melalui pelatihan pembuatan tempe ini, kami mencoba mengajarkan hal tersebut kepada ibu-ibu di sekitar taman baca, ” harapnya.
Pada pelatihan yang diikuti oleh sekitar 12 orang yang terdiri dari warga sekitar TBM itu, menghadirkan narasumber Lasmini Nurjannah dari pengusaha tempe merek HB.

“Dalam proses pembuatan tempe yang pertama adalah literasi baca tulis karena dalam pelatihan pembuatan tempe peserta secara otomatis diminta membaca cara pembuatan tempe, ” ujarnya.

Selanjutnya literasi numerasi melalui ketelitian angka, pengukuran takaran serta waktu fermentasi pembuatan tempe. Dalam artian sederhana pembuatan tempe harus terukur, mulai dari ukuran bahan yang digunakan, perbandingan ragi dan kedelai yang digunakan serta waktu berapa lama proses kedelai menjadi tempe.

Kemudian literasi financial. Output dari pelatihan ini masyarakat bisa membuat sendiri tempe. “Hemat bahan pangan untuk konsumsi sendiri, dan bisa dijual meningkatkan pendapatan, ” ujarnya.

Literasi keempat adalah literasi sains mengenai bagaimana fermentasi serta proses kedelai menjadi tempe. Untuk literasi digital mereka diajarkan untuk mempromosikan melalui media sosial.

Dan literasi terakhir menurutnya adalah literasi budaya dimana tempe adalah produk asli Indonesia yang sudah mendunia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *